Mataku menatap matanya. Tak lama. Aku coba menghitungnya. Ternyata
tak lebih sampai hitungan kelima. Tapi tak apa. Aku menikmatinya. Lagi pula klimaksku
sudah tiba pada hitungan yang ketiga.
Puas dengan matanya. Kali ini giliran bibirnya yang menjadi
fokusku padanya. Bibir yang selalu saja tak henti bicara. Obrolannya dari Z
sampai A. Kadang aku tak suka topik bahasannya. Namun aku tetap menyimaknya.
Bukan kata di penutup kalimat yang aku ingin jumpa. Tapi tawanya. Tawa yang selalu
ada di akhir cerita.
Membicarakan dirinya tak lengkap rasanya jika tak membahas
geraknya. Gerak yang dinamis tak pernah statis. Gerak yang mampu menghipnotis
siapa saja yang memperhatikannya. Buat semua terkesima. Geraknya tak gemulai.
Tegas namun tak keras. Lembut tapi tak mudah menurut. Ia berkompromi.
Suaranya. Aku tak bisa melupakan suaranya jika harus membahas
tentangnya. Suaranya Indah. Nadanya tak tinggi namun juga tak rendah. Pas
rasanya. Ada lagi yang menarik dengan suaranya. Aku merasakan ada jiwa dalam
setiap kata-katanya. Baik saat ia berdendang maupun saat ia hanya bergumam.
Dengan semua yang ada pada dirinya. Maka aku mengelilinginya.
Berotasi pada sumbu yang ia ciptakan. Tanpa harus
mendekat atau justru menyentuhnya. Sebab aku tahu, radiasi bisa saja menghancurkanku.
Hancur bersama kenangan tentangnya.
Meski demikian, berbeda dengan kawanku yang lain, seperti Mars, Jupiter
dan Saturnus. Aku masih lebih beruntung.
Jarakku yang lebih dekat membuatku lebih sering berotasi padanya. Aku hanya
butuh 24 jam untuk satu putarannya. Karena aku adalah Bumi dan ia Mentari.
Kini yang harus aku pastikan, gravitasi tetap menjaga kami.
Menjaga aku tetap pada porosnya. Agar aku tetap bisa berotasi. Mengelilinginya.
Memberi makna akan kehadirannya sebagai pusat galaksi.
Created: 04 November 2015
Inspired: Sara Bareilles - Gravity
Created: 04 November 2015
Inspired: Sara Bareilles - Gravity
Speechless. Ini salah satu favorit gw setelah Ice Cream.
BalasHapusAlhamdulilah.. gw nulisnya gak sadar, abis mabuk bubur..
BalasHapus