Andy menarik nafasnya dalam-dalam. Ia menahannya sementara. Ada
jeda sebelum akhirnya ia membuang kembali nafasnya itu ke udara.
Banyak hal yang ia pikirkan dalam sepersekian detik saat jeda tadi. Tentu diantaranya bukan memikirkan bagaimana proses kimia mampu merubah oksigen yang dihirupnya menjadi karbondioksida. Tidak sama sekali. Andy benci pelajaran kimia.
Ia hanya memikirkan Hanum. Segala tentangnya.
Hanum. Andy pertama mengenalnya sepuluh tahun lalu. Saat itu
keduanya masih duduk di bangku SMA. Hanum seorang bipolar, setidaknya itu yang
ada dibenak Andy saat ini. Hanum selalu bersikap manis padanya. Terlampau manis, hingga
Andy tak sadar ketika Hanum tiba-tiba menyakitinya. Meninggalkannya.
***
Andy mematung menatap layar monitor di kamar Rumah Sakit.
Layarnya hitam. Hanya ada garis lurus berwarna biru ditengahnya. Membentang
dari ujung kiri hingga ujung kanan layar.
Diabetes. Ini semua salahnya. Berkali-kali Andy menyumpahi
dirinya sendiri sembari memukul-mukul paha kanannya. Ia menyesal. Jika saja ia
tak terlampau mencintai Hanum. Jika saja ia sedikit memberi kekecewaan dalam
hidup gadis itu. Membuat hidupnya pahit dan bukannya selalu manis. Jika saja ia
memberinya pare atau daun pepaya dan bukannya gula, tentu Hanum tak akan kena
diabetes. Begitu pikirnya.
Tapi toh Andy selama ini memilih memberikan gula pada Hanum.
Gula yang selalu membuat Hanum tersenyum. Tertawa, hingga terpingkal-pingkal.
Kembali Andy menyalahkan dirinya. Dirinya yang telah
kecanduan akan senyum dan tawa Hanum. Dirinya yang begitu memujanya. Dirinya
yang mendadak lupa akan pelajaran Ibunya, bahwa sesuatu yang berlebih itu tak
baik. Termasuk rasa sayangnya pada Hanum.
***
Andy termenung di atas rooftop apartemennya. Imajinya
bergerak liar. Ada sosok Hanum dalam lamunannya. Melihat bintang sembari
ditemani secangkir coklat panas. Satu untuk berdua. Sebuah ritual yang biasa
mereka lakukan setiap malam di akhir pekan.
Kini tak ada lagi Hanum. Tak ada lagi coklat panas
kesukaannya. Ia hanya ditemani bintang serta segelas limun. Ya, Limun. Minuman
manis yang mengandung banyak gula. Andy yang tak punya riwayat diabetes memang
butuh banyak gula untuk mempersingkat jedanya. Jeda antara dirinya dan Hanum.
***
Dalam diamnya Andy tersenyum. Sewindu tanpa Hanum membuatnya kian dewasa. Andy tak lagi ingin mempersingkat Jedanya dengan Hanum. Ia Paham bahwa akan selalu ada jeda dalam setiap kesempatan. Karena Jeda bukanlah titik, koma, tanda seru atau tanda tanya. Jeda hanyalah spasi menuju kata berikutnya. Jeda ada agar kalimat lebih indah, lebih mudah dipahami hingga tidak ruwet, tidak ribet.
Created: 22 October 2015
Inspired: Karena Jeda ada dalam setiap kesempatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar